Kualitas Siaran Tertinggal, Liga Indonesia Tidak Perlu Malu Belajar Kepada Malaysia

Indonesia dan Malaysia sejatinya adalah negara tetangga yang memiliki kesamaan rumpun. Namun sayangnya terkadang hubungan diantara keduanya tidak selalu harmonis karena rasa ingin saling mengalahkan di segala aspek. Termasuk di dunia si kulit bundar, bahkan Ketua Umum PSSI sempat menciptakan polemik karena mengecam keras keputusan dua punggawa tim nasional Indonesia untuk bergabung bersama klub Malaysia, Selangor FA. Walaupun permasalahan tersebut telah usai, namun tentu masih diingat bagaimana Edy membandingkan kompetisi Indonesia dengan Malaysia tanpa berkaca pada apa yang dilakukan oleh PSSI melalui PT Liga Indonesia Baru dalam mengelola kompetisi dalam negeri.


Saya sendiri sebelumnya tidak terlalu mengetahui bagaimana jalannya liga di negeri jiran tersebut. Namun setelah bergabungnya Evan Dimas dan Ilham Udin ke Selangor FA, serta ditambah hijrahnya Achmad Jufriyanto dan Ferdinand Sinaga untuk mengikuti kompetisi disana membuat saya sedikit penasaran untuk melongok pertandingan-pertandingan Liga Super Malaysia yang baru saja digelar belum lama ini. Seperti dilansir dari flashscore.com (10/2/2018), Liga Super Malaysia sudah mulai melangsungkan kompetisinya pada tanggal 3 Februari lalu.


Hanya melihat dari segi broadcasting saja Indonesia sangat tertinggal jauh dalam urusan pengemasan liga. Mereka mampu mengemas dengan baik tayangan liga, baik dari segi sudut pandang, serta kualitas gambar tayangan. Komentator pun lebih memilih menggunakan bahasa Inggris daripada bahasa melayu, yang saya tebak hal tersebut bertujuan supaya liga mereka bisa lebih menjual di masa depan. Semuanya dilakukan sangat profesional, tidak ada sorotan kamera bergoyang ataupun pengambilan view yang sangat dekat seperti yang terjadi dalam siaran langsung kompetisi dalam negeri.


Mereka tampaknya betul-betul sedang berupaya menyejajarkan kualitas tayangan liga mereka dengan liga-liga top Asia lainnya. Walaupun secara permainan belum nampak perbedaan terlalu jauh antara Indonesia dan Malaysia, namun kualitas penyiaran tersebut memberikan sesuatu yang tidak bisa didapatkan di Indonesia, yaitu kenyamanan. Sudah sepatutnya jika petinggi-petinggi di federasi tidak perlu malu untuk belajar kepada liga Malaysia bagaimana menghadirkan kualitas siaran yang menarik daripada menutup mata dan puas dengan apa yang ada di dalam negeri.

Federasi disana tampaknya memikirkan betul televisi yang mengambil hak siar liga agar bisa berjalan seprofesional mungkin. Sementara di Indonesia tidak ada transparansi deal hak sar televisi dengan pengelola liga, jangankan untuk urusan subsidi yang belum terbayar, klub-klub juga belum menerima keuntungan hak siar seperti yang dijanjikan di musim lalu. Seperti dilansir dari indopos.co.id (10/2/2018), saat ini banyak klub Indonesia menagih janji kepada pengelola liga soal tunggakan dana subsidi yang belum juga dibayarkan.

Sumber: uc news

0 Response to "Kualitas Siaran Tertinggal, Liga Indonesia Tidak Perlu Malu Belajar Kepada Malaysia"

Posting Komentar

close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==